JAKARTA, Derakpost.com – Daniel Johan meminta pemerintah mengambil langkah nyata dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia, karena jika tidak diantisipasi, krisis pangan dunia akan berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat.
“Tingginya harga bahan pokok disebabkan komoditas pangan yang semakin langka. Kita harus segera melakukan langkah ril untuk menghadapi ancaman krisis pangan yang sudah menjadi kekhawatiran sejumlah negara,” kata Anggota Komisi IV DPR RI ini, kepada wartawan.
Hal itu dikatakannya terkait harga sejumlah komoditas mengalami kenaikan, mulai dari telur, cabai, dan tomat. Misalnya telur ayam ras yang sebelumnya dijual seharga Rp35 ribu per papan, naik menjadi Rp48 ribu per papan.
Sementara itu harga cabai rawit naik menjadi Rp35 ribu/kilogram dari sebelumnya Rp25 ribu/kilogram, tomat yang dijual seharga Rp8 ribu/kg, naik menjadi Rp12/kg. Dan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) membuat stok daging hewan ternak menurun di pasaran sehingga harganya melambung tinggi.
Daniel mengatakan, peringatan ancaman krisis pangan juga telah dikeluarkan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dan PBB karena berbagai permasalahan global berpartisipasi terhadap ancaman krisis pangan.
“Perlu ada peningkatan produksi pangan melalui program-program yang efektif dan cepat memberikan hasil agar Indonesia siap menghadapi krisis pangan,” ujarnya dilansir suara.com.
Dia menilai lonjakan harga komoditas pangan terjadi karena dampak perang Rusia-Ukraina, karena sejumlah negara banyak yang menghentikan “keran” ekspor pangan global seperti gandum dan kedelai sehingga membuat harga produk turunannya ikut terimbas seperti tepung terigu.
Menurut dia, komoditas pangan global yang terdampak efek perang Rusia-Ukraina mendorong terjadinya inflasi karena mempengaruhi sektor industri seperti mi kering instan.
Daniel khawatir krisis bahan pangan global akan sangat memukul industri pangan Indonesia termasuk harga tempe karena Indonesia masih mengandalkan impor kedelai sehingga kalau harganya terus meningkat, harga-harga industri turunannya juga pasti akan terdampak.
Dia mendorong pemerintah menyiapkan langkah-langkah strategis agar imbas dari kenaikan harga pangan di tingkat global tidak terlalu menekan kondisi di Tanah Air.
Menurut dia, DPR RI melalui fungsi anggaran juga mendukung upaya mitigasi risiko global melalui penambahan alokasi subsidi pada tahun 2022 ini.
“Harus ada rencana darurat atau antisipasi yang dirumuskan dan dilakukan Kementerian Pertanian untuk menghadapi krisis pangan dunia yang semakin nyata saat ini sehingga pada saat itu terjadi, Indonesia tidak kelabakan. Karena faktanya kedaulatan pangan kita belum terwujud, maka kekurangan pangan harus kita antisipasi dengan baik,” katanya.
Daniel mengaku gelisah terkait ancaman krisis pangan, dan sudah berkali-kali menyampaikan kepada Pemerintah dan telah menyampaikan masukan mengenai upaya yang bisa dilakukan Pemerintah untuk mengantisipasi krisis pangan di Indonesia.
Menurut dia ada dua langkah yang bisa dilakukan, pertama, adalah program memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk peningkatan produksi pangan.
“Saya mendorong pemerintah pusat meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah dan ‘stakeholders’ lainnya. Hal tersebut perlu dilakukan agar Pemda memiliki anggaran untuk menyiapkan cadangan pangan di tingkat bawah,” ujarnya.
Kedua menurut dia, pemerintah perlu segera merealisasikan program-program jaminan perlindungan sosial, sebagai jaring pengaman masyarakat kelompok miskin dan rentan miskin agar tidak terlalu terdampak.
Di sisi lain, Daniel juga mendukung kebijakan diversifikasi pangan yang tengah digalakkan Presiden Joko Widodo melalui penanaman sorgum. Daniel mengatakan, diversifikasi pangan akan menjadi salah satu solusi agar Indonesia tidak hanya bergantung pada komoditas pangan strategis seperti beras.**Fad