Tak Sebanding Kelulusan SLTP dengan Rombel SLTA, Robin: Penyebab Anak Putus Sekolah

0 204

 

DERAKPOST COM – Tahun ke tahun, di Provinsi Riau sejak diberlakukan zonasi ini terus jadi masalah bagi kelulusannya siswa SLTP sederajat yang melanjutkan kejenjang SLTA negeri. Itu tidak terlepas kurang daya tampung serta ketersedian sekolah SLTA negeri tersebut. Sehingga, ini penyebab anak putus sekolah.

“Masalah krusial di dunia pendidikan ini, khususnya di Kota Pekanbaru itu adalah jumlah SLTP yang tidak sebanding pada SLTA, khususnya yang negeri. Maka, hal ini menjadi bagian salah satu penyebab banyak anak putus sekolah. Terlebih itu dengan ada sistem zonasi yang menjadi keluhanya orangtua siswa,” sebut Robin Hutagalung kepada wartawan.

Ketua Komisi V DPRD Riau mengatakan, sebagai salah satu contoh di Pekanbaru ini saja untuk tahun 2022, ada sebanyak 12.800 siswa lulusanya SLTP yang tidak tertampung di sekolah negeri. Dikarena menyekolahkan di sekolah swasta tidak mampu keterbatasanya ekonomi. Maka banyak anak itu putus sekolah. Padahal digalakan wajib belajar 12 tahun.

“Kan tidak semua ekonominya orangtua siswa berkemampuan. Maka inilah yang membuat orangtua tak sekolahkan anak di swasta. Sehingga anak putus sekolah hanya tamat SMP. Padahal digalakan itu wajib belajar 12 tahun. Di Rumbai sudah banyak yang tidak sekolah. Ada itu tidak mau keluar kamar, dikarena malu sama tetangga,” ungkap Politisi PDIP ini.

Kata Robin, sebenarnya DPRD Riau dan Dinas Pendidikan (Disdik) telah mencari solusi agar angka 12.800 siswa itu bisa tertampung di sekolah negeri dan serta swasta. Namun, dengan angka sebesar itu, rasanya tidak memungkinkan untuk diakomodir secara keseluruhan. Disaat rapat dengan Disdik, yang PPDB selesai ada kekosongan sekitar 958 kursi.

“Kan usai PPDB itu. Kami dari Komisi V DPRD Riau ini rapat dengan pihak Disdik yang saat itu terungkap ada sekitar 958 kursi kosong. Yakni sebanyak 725 pada SMA dan 233 di SMK. Maka, diketika itu diminta pada Disdik Riau tidak mengisi kekosongan kursi tersebut. Karena, jika diisi akan dapat menimbulkan problem. Tetapi kinj sepakat diisi,” ujarnya.

Hal itu, kata Robin, dengan pertimbang
dari berbagai sisi. Sepakat diisi, dengan
ada dari Disdik dan DPRD Riau. Tentu ini prioritasnya bagi warga tempatan disitu, secara ekonomi tidak mampu. Hanya ini solusi tidak sepenuhnya bisa mengatasi persoalan. Maka ada opsi pembentukan sekolah baru, dan kini sudah terlaksana meski masih menumpang gedung.

“Tidak juga menyelesaikan sepenuhnya. Namun, rapat terus dengan Disdik Riau, bagaimana mengatasi seperti itu. Maka Disdik ini sudah membuka sekolah baru yakni ada SMAN 17 di Jalan Parit Indah, SMAN 18 di Jalan Dharma Bakti, SMAN 19 di Binawidya. Namun saat ini, status akan pinjam gedung. Hal itu, untuk bisa siswa lanjutkan sekolah,” ujarnya. **Rul

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.