DERAKPOST.COM – Belakangan ini marak aksi demo di tanah air. Dalam aksi itu tidak terkecuali keikutsertaan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hal demikian itu, menjadi perhatian serius para pihak.
Seperti halnya dipaparkan kader HMI Yuda Varizal yang merupakan peserta Advance Training (Latihan Kader III) Badko HMI Sumatra Barat. Ia mengatakan, hal krisis demonstrasi yang ada terjadi di Indonesia tahun 2025 ini mencerminkan tantangan serius terhadap persatuan dalam halnya keberagaman.
Ia mengatakan, hendaknya perkuat ikatan kebangsaan dan dengan meminimalisasi polarisasi social. Karena sambung dia, hal ketidakpuasan publik dipicu ketimpangan ekonomi dan elit politik itu memperdalam perpecahan yang sudah ada, khususnya dalam masyarakat yang sangat beragam seperti Indonesia.
“Isu-isu nasional yang beredar belakangan ini seperti pro-kontra terhadap Relokasi IKN, Fenomena tagar kabur aja dulu serta Demo mahasiswa baru-baru ini. Maka itu, sebagai bagian dari organisasi mahasiswa memiliki peran penting dalam masyarakat, kader HMI ini dapat mengambil peran aktif untuk memperkuat ikatan kebangsaan dan meminimalisasi polarisasi social,” ujarnya.
Menanggapi aksi demo mahasiswa yang baru-baru ini, Yuda Varizal mengatakan, bahwa kader HMI seharusnya itu menjadi fasilitator dialog yang mempertemukan berbagai kelompok berkonflik, melibatkan perwakilan dari berbagai latar belakang etnis, agama, dan ideologi. Hal itu, untuk membahas isu-isu krusial secara damai termasuk antara demonstran dan pihak pemerintah dengan kedepankan dialog terbuka.
“Kader HMI harus proaktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya persatuan dalam keberagaman dengan menekankan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan keadilan sosial. Harus fokus itu pada pemahaman bahwa hal ketidaksetaraan ekonomi adalah isu struktural yang perlu diselesaikan bersama, bukannya dengan saling menyalahkan,” ujarnya.
Dengan meningkatkan kesadaran ini, kata dia, masyarakat akan lebih mudah bersatu untuk melawan masalah bersama, bukan melawan antara satu sama lain. Yuda juga menyampaikan isu nasional terkait Proyek relokasi ibu kota ke Nusantara Kalimantan memengaruhi itu kesadaran akan identitas Indonesia ini sebagai kesatuan ekologis, sosial, dan politik secara signifikan.
“Untuk menjawab hal tersebut kader HMI tentu dapat berperan aktif dengan cara meningkatkan pendidikan dan diskusi publik, serta advokasi kebijakan terhadap lingkungan. Dengan demikian, HMI dapat memastikan bahwa proyek ibu kota baru tidak hanya menjadi perpindahan fisik, tetapi juga transformasi mental dan ideologis menuju bangsa lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Selain itu sambungnya, fenomena tagar #KaburAjaDulu, itu juga mencerminkan tantangan serius terhadap pembangunan kesetiaan dan komitmen kebangsaan. Ini bukan sekadar keinginan untuk mencari peluang yang lebih baik, tapi melainkan manifestasi kekecewaan mendalam dari generasi muda terhadap kondisi di dalam negeri. Ketika pemuda, yang seharusnya menjadi tulang punggung bangsa, merasa bahwa masa depan mereka tidak terjamin di tanah air sendiri, inikan menjadi sinyal kegagalan dalam kebijakan public. (Rilis)
.