Waduh….. Tim Satgas PKH di Riau Belum Sentuh Hamparan Kebun Sawit di Tahura SSH

0 87

DERAKPOST.COM – Diketahui sekarang ini, ada Tim Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) di Provinsi Riau. Tetapi anehnya, hingga kini hamparan kebun sawit di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim belum disentuh.

Padahal Tahura SSH yang merupa kawasan konservasi masuk dalam tiga wilayah, yaitu Kabupaten Kampar, Siak, dan bahkan Kota Pekanbaru di Provinsi Riau. Tapi, sekarang ini secara perlahan kehilangan identitasnya sebagai paru-paru hijau Riau.

Kondisi hutan yang kini tak lagi rimbun. Hal hamparan pohon endemik berganti dengan barisan kelapa sawit. Dan juga yang sangat menyedihkan kerusakan telah terjadi nyaris tanpa perlawanan. Diduga kuat, dari kebun itu dikelola jaringan korporasi besar.

Citra satelit inipun menunjukkan perubahan drastis tutupan lahan selama sepuluh tahun terakhir. Dari total 6.172 hektare ditetapkan sebagai Tahura, saat ini hanya sekitar 1.790 hektare yang masih menyisakanya vegetasi hutan tersebut.

“Artinya, 71 persen kawasan beralih fungsi sebagian besar menjadi perkebunan kelapa sawit: 4.382 hektare. Diduga kuat sebagian dari kebun yang dikelola jaringan korporasi besar. Kalau ini bukan pembiaran, jadi apa namanya,” ujar Muhammad Iqbal, Direktur Eksekutif Riau Gemilang Institut.

Kepada wartawan ia, mengatakan kawasan hutan yang secara hukum dilindungi negara sekarang jadi kebun sawit terang-terangan. Dalam hal ini Iqbal, sangat menyayangkan lambannya respons negara, terutama pihak   Satgas PKH yang sekarang gencar lakukan penertiban tersebut.

Padahal, ujarnya, jarak Tahura SSH ke pusat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, hanya sekitar 12 kilometer. “Kok Satgas PKH bisa menyisir kawasanya Taman Nasional Tesso Nilo letaknya ratusan kilometer. Tapi, untuk ke Tahura yang tinggal sepelemparan batu malah tak tersentuh,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwasa beberapa akses jalan ke dalam Tahura itu dibangun dengan material standar industri, dan juga tampak digunakan secara rutin untuk angkut hasil panen sawit. Kondisi itu, sambungnya bisa dipantau dengan lewat Google Map.

Dari udara, katanya, ada petak-petak kebun sawit masuk menancap hingga ke zona inti di kawasan konservasi. Pola tanamnya rapi, mengindikasikan itu skema industri, bukan kebun rakyat. Satgas PKH jangan pilih-pilih kawasan hutan. Kalau TNTN, bisa ditindak, Tahura harusnya lebih mudah,” ujarnya

Ia menekankan pentingnya ada penegakan hukum yang adil, dan menyeluruh agar tak ada lagi persepsi bahwa penertiban hanya dilakukan pada kawasan ini jauh dari pusat kekuasaan. Apalagi katanya, hingga saat ini
belum diperoleh itu informasi kapan Satgas PKH Riau turun ke Tahura.  (Dairul)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.