DERAKPOST.COM – Belakangan ini muncul kekhawatiran pada masyarakat Kabupaten Siak, yaitu terkait ketersediaan obat-obatan di RSUD Tengku Rafian. Kekhawatiran akan pelayanan kesehatan masyarakat dikarena hutang obat-obatan itu, mencapai miliaran rupiah.
Terkait hal ini, Bupati Siak Afni Zulkifli saat dikonfirmasi mengatakan, Pemkab dengan ini menjamin ketersediaannya obat-obatan di RSUD Tengku Rafian tetap terpenuhi. Dia mengatakan, meski saat ini Pemkab masih tersangkut utang pada supplier atau pihak ketiga sebagai penyedia obat.
Hal itu disampaikan Afni saat menggelar rapat bersama seluruh pegawai di ruang rapat RSUD Tengku Rafian, Senin (28/7/2025). Ia menekankan kepada Dinas Kesehatan (Diskes) agar tetap mengadakan obat-obatan dan jangan sampai masyarakat beli obat sendiri ke apotek luar rumah sakit.
“Utang obat RSUD sudah Rp50 miliar ke supplier, tapi obat harus tetap ada. Kalau suppliernya gak mau biar saya turun tangan, kalau gak mau juga cari supplier lain, kan banyak juga yang lain,” ujar Afni dalam rapat.
Soal obat-obatan tak ada toleransi, lanjut Afni, menurutnya pelayanan paling utama di rumah sakit yaitu ketersediaan obat yang komplit untuk kebutuhan pasien.
“Soal obat ini tidak ada tawar menawar, ini pintu pelayanan kepada masyarakat. Bagaimana pun kondisinya saya komitmen ada dua pintu pelayanan yang tidak akan diganggu pendidikan dan kesehatan, yang lain kami pangkas anggarannya. Intinya seperti apapun caranya akan dicari pola anggarannya nanti,” katanya.
Selain ketersediaan obat, Afni juga menekankan kepada semua pegawai RSUD Tengku Rafian disiplin dalam bertugas, utamakan kepentingan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan secara maksimal.
“Lima menit sebelum apel tadi saya sudah sampai, begitu juga sejak dilantik banyak acara saya tepat waktu. Saya ingin tunjukkan ke masyarakat dan staf disiplin itu kunci,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Tengku Rafian dr Apdani Sophya mengatakan sejauh ini Diskes menganggarkan belanja obat-obatan hanya cukup memenuhi kebutuhan kurun waktu 3 bulan saja.
“Memang yang selama ini kita sediakan adalah obat-obat mahal karena untuk pasien khusus seperti jantung dan sebagainya. Dari dinas Rp2,5 miliar itu untuk 3 bulan, dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dianggarkan dan cukup untuk kebutuhan 3 bulan saja,” katanya. (Yusuf)