SUMPAH Pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928, menjadi titik balik akan penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Peristiwa ini bukan sekadar deklarasi semangat, tetapi juga hasil dari gagasan para pemuda yang memiliki tekad kuat untuk menyatukan Indonesia di tengah penjajahan.
Meski dikenal luas sebagai tonggak persatuan nasional, tak banyak yang mengetahui siapa tokoh yang pertama kali mencetuskan ide penting di balik lahirnya Sumpah Pemuda.
Di balik ikrar bersejarah satu Tanah Air, satu bangsa, dan satu bahasa, terdapat kisah perjuangan, kerja sama, dan semangat kebangsaan yang luar biasa dari para pemuda Indonesia pada masa itu.
Muhammad Yamin, Penggagas Awal Sumpah Pemuda
Tokoh kunci di balik lahirnya Sumpah Pemuda adalah Muhammad Yamin. Ia menjadi sosok yang pertama kali merumuskan dan mencetuskan teks Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II pada 1928.
Sebagai sekretaris kongres, Muhammad Yamin bertanggung jawab merancang naskah Sumpah Pemuda yang kemudian dikenal sebagai Trilogi Sumpah Pemuda, yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.
Rumusan tersebut kemudian diserahkan kepada Soegondo Djojopoespito, ketua kongres, pada saat sesi pidato Soenario Sastrowardoyo, dan diterima secara resmi sebagai hasil keputusan Kongres Pemuda II.
Peran Muhammad Yamin tidak hanya sebatas perancang teks, tetapi juga penggerak semangat persatuan yang menginspirasi para pemuda dari berbagai daerah untuk melebur menjadi satu kesatuan Indonesia.
Tokoh Penting di Balik Kongres Pemuda II
Selain Muhammad Yamin, ada banyak tokoh pemuda yang berperan besar dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda II hingga lahirnya ikrar Sumpah Pemuda.
Beberapa di antaranya adalah M Djoko Marsaid dari Jong Java, yang bertugas sebagai wakil ketua dan membantu mengatur jalannya kegiatan, Amin Sjarifuddin dari Jong Bataks Bond, yang dipercaya sebagai bendahara kongres, Djohan Mohammad Tjai dari Jong Islamieten Bond, R Katja Soengkana dari Pemuda Indonesia, Senduk dari Jong Celebes, Johanes Leimena dari Jong Ambon, dan Rochjani Soe’oed dari Pemuda Kaum Betawi.
Kolaborasi para pemuda ini menjadi bukti nyata semangat persatuan di tengah perbedaan suku, agama, dan daerah. Mereka bersatu dalam satu tujuan besar: membangun bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Makna dan Nilai Persatuan dalam Sumpah Pemuda
Peristiwa Sumpah Pemuda bukan hanya tentang pengucapan ikrar, tetapi juga tentang semangat kebersamaan dan tekad untuk menghapus sekat kedaerahan.
Dari kongres inilah lahir kesadaran perjuangan harus dilakukan secara nasional, bukan terpisah-pisah berdasarkan suku atau wilayah. Semangat persatuan yang ditanamkan lewat Sumpah Pemuda kemudian menjadi dasar penting dalam pembentukan identitas bangsa Indonesia.
Nilai-nilai seperti nasionalisme, kebersamaan, dan cinta tanah air terus diwariskan dari generasi ke generasi sebagai warisan luhur perjuangan para pemuda 1928.
Isi Ikrar Sumpah Pemuda
Berikut ini adalah tiga butir ikrar Sumpah Pemuda yang diucapkan dalam Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.
Rumusan Sumpah Pemuda dalam Ejaan Van Ophuijsen: “Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Air Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.”
Rumusan Sumpah Pemuda dalam Ejaan Bahasa Indonesia: “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Dikutip dari laman Beritasatu. Tiga kalimat ini menjadi simbol persatuan yang melekat dalam diri setiap warga negara Indonesia hingga kini.
Sumpah Pemuda sebagai Tonggak Persatuan Bangsa
Sumpah Pemuda merupakan salah satu momentum paling bersejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia. Dari sinilah semangat persatuan nasional mulai mengakar kuat, menjadi fondasi bagi pergerakan menuju Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Hingga kini, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 diperingati setiap tahun sebagai pengingat bahwa persatuan dan kerja sama antargenerasi adalah kunci untuk menjaga keutuhan bangsa.
Semangat yang ditanamkan para pemuda masa itu tetap relevan untuk dihidupkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
Peristiwa Sumpah Pemuda tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga sumber inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui semangat persatuan dan cinta Tanah Air, para pemuda masa kini diharapkan terus menjaga nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh generasi 1928. (Dairul)