DERAKPOST.COM – Aksi massa di Kantor Gubernur Riau Jalan Sudirman ini dengan halnya menolak relokasi kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Aksi dengan mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Pelalawan (AMMP). Tetapi ini,
menuai tanda tanya.
Demonstrasi, yang diklaim sebagai suara mahasiswa dan masyarakat Pelalawan ini justru dibantah keras oleh para pemimpin organisasi mahasiswa di daerah tersebut. “Saya sebagai Ketua Keluarga Mahasiswa Pelalawan (KMP) menegaskan, kami tidak ikut dan tidak pernah menyepakati agenda AMMP,” ujar Rorin Adriansyah.
Ia menganggap aksi itu bukan representasi mahasiswa Pelalawan. Dikatakan dia, yaitu sebagai memimpin organisasi mahasiswa daerah asal Pelalawan, justru suarakan itu dukungan pada Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH).
Ia menilai fungsi kawasan TNTN itu terlalu vital untuk dibiarkanya dikuasai kelompok tertentu. “Jikalau hutan itu terus digusur, habis sudah TNTN. Apalagi yang bisa kita tinggalkan? Keserakahan?. Oleh karena itu menyayangkan ada aksi yang menurutnya cenderung menyesatkan publik,” ujarnya.
Meski tidak terlibat langsung dalam aksi demo, dirinya memantau aksi lewat media sosial. Ia menyoroti absennya masyarakat Melayu dalam aksi tersebut. “Padahal Pelalawan itu sendiri adalah masyarakat Melayu. Pemerintah harus mengusut, siapa dibalik aksi ini,” tambahnya.
Dirinyapun berharap agar kawasan tersebut kembali pada fungsinya, yaitu menjadi hutan. Dia menilai apabila tidak, maka pola ini akan dicontoh daerah lain demi mendapatkan daerah kawasan hutan.
Pernyataan serupa datang dari Tokoh Masyarakat Pelalawan, Zulmizan Assegaf. Ia menilai ada kejanggalan dalam narasi yang dibawa para demonstran.
“Mahasiswa dan masyarakat Pelalawan yang mana?” katanya tajam. Zulmizan menduga, nama besar “mahasiswa Pelalawan” hanya digunakan untuk membangun legitimasi publik. “Saya pastikan itu keliru. Mayoritas mahasiswa dan masyarakat justru mendukung penghutanan kembali TNTN,” ujarnya.
Zulmizan mengaku sudah mengecek ke berbagai organisasi mahasiswa Pelalawan. “Saya hubungi Hipmawan, IPMPB, IKMPI, bahkan HMI dan KAMMI Cabang Pelalawan. Semuanya bilang tidak ikut,” katanya.
Ketua KAMMI Cabang Kabupaten Pelalawan, Wahyu Widodo, turut memberi konfirmasi. “Wendri Simbolon itu memang mahasiswa, tapi dia bukan representasi KAMMI. Kami tidak terlibat,” tulisnya melalui pesan WhatsApp.
Aksi AMMP yang membawa isu penggusuran kawasan hutan TNTN oleh pemerintah, kini justru menghadirkan pertanyaan lebih besar: siapa yang sesungguhnya mereka wakili?. (Rilis)