DERAKPOST.COM – Rumah sakit ini tak layak menyandang nama besar Arifin Achmad. Nama itu, terlalu besar bagi sekelas rumah sakit yang pelayananya tak lebih baik. Yang mungkin saja jauh ini lebih mundur dibandingkan dengan Puskesmas di pelosok Bumi Lancang Kuning ini.
Pelayanan buruk, lambat, dan pegawai ogah-ogahan. Itulah citra yang melekat di rumah sakit terbesar di Riau tersebut. Ribuan pasien, keluarga pasien RSUD ini menyimpan pengalamannya bagaimana gelapnya pelayanan di sana. Dan bukan rahasia lagi. Setiap warga normal pasti tak ingin merasakan sakit. Warga Riau, juga sama sekali tak ingin berurusan di rumah sakit pemerintah itu.
Namun ini, keterbatasan ekonomi atau keuangan. Terkadang tidak menjadikan mereka itu banyak pilihan. “Seperti, ada kejadian terbaru yang menimpa sahabat kami. Emosi memuncak kala pelayanan transfusi darah untuk saudaranya yang tengah terbaring tak berdaya itu akibat kanker dipersulit oleh oknum pegawai rumah sakit terbabit,” kata Maria
Benar kata orang, untuk mencari alasan begitu mudah. Apalagi alasan-alasan itu disampaikan pada yang membutuhkan. Dan mungkin sudah tabiat mereka ingin pasien atau keluarga pasien ini merintih memohon pertolongan. Seperti kejadian Sabtu (29/10/2022) malam itu. Alasan yang mengada-ada dan tidak masuk di akal serta tak dapat diterima.
Kisahnya begini. Dimana keluarga dari pasien sahabat ini membutuhkan darah untuk penyakit kanker. Awalnya pihak RSUD Arifin Achmad mengatakan stok darah tidak ada. Pihak keluarga pasien mencari pun pendonor darah. Makanya dengan pertemanan itu kuat membuat ramai pendonor yang datang dan siap mendonorkan darah mereka.
Belakangan muncul alasan. Alat reagen atau alat pencocokan darah tidak ada, sehingga belum bisa transfusi. “Namun malah katanya, reagen menipis sejak 2 hari lalu dan habis siang tadi. Baru akan datang Selasa atau Rabu, tapi itu juga tidak bisa dipastikan,” katanya.
Sementara darah trombosit atau darah putih itu kata pihaknya PMI akan dapat kedaluwarsa setelah 5 hari. Jadi, tentu keluarga bingung, kalau ini kedaluwarsa nanti ke mana itu darah mau dicari lagi. Padahal siangnya sudah ditanya. Pihak petugas katanya aman dan akan segera diproses.
Karena tidak puas dengan jawaban dua petugas bank darah yang di RSUD Arifin Achmad karena tidak ada kepastian dan sehingga terjadi cekcok. “Tiba-tiba, saat setelah cekcok baru bilang reagen telah ada. Padahal katanya Selasa atau Rabu baru datang. Ini juga bukan pertama kali saja, berulang kali sudah keluhan di sampaikan sama Dirut sejak awal,” katanya.
Istilahnya. Jikalau masih hidup, Brigjen Anumerta Arifin Achmad ini jelas bakal menangis, melihat rakyat diperlakukan ini dengan semena-mena saat berusaha memperoleh hak dasar. Sebab RSUD itu jelas tak layak menyandang nama Arifin Achmad. Terlalu besar. Terlalu hancur. Terlalu…….. **Rul