DERAKPOST.COM – Belakangan ini adanya riak-riak diberbagai pihak masyarakat, yang terkait wacana Gubernur Riau Abdul Wahid mau menjual aset berupa Stadion Utama di Kota Pekanbaru. Riak ini karena menilai hal yang disampaikan itu sangat tak bagus.
Terkait riak-riak di masyarakat ini, maka hal itu, disikap oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Riau, Erisman Yahya, angkat bicara dengan memberikan klarifikasi terkait pernyataan dari gubernur
mengenai kemungkinan penjualan Stadion Utama tersebut.
Kepada wartawan, ia menegaskan bahwa ucapan gubernur demikian hanya respons spontan dalam agenda forum Rapat Kerja Perangkat Daerah (RKPD), serta tidak ada dimaksud sebagai rencana penjualan aset. Pembahasan mengenai Stadion Utama itu muncul dari keprihatinanya berbagai pihak terhadap kondisi keuangan daerah.
Kendati demikian, kata Erisman, bahwasa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau tetap memiliki komitmen untuk mencari solusi terbaik bagi stadion yang pernah menjadi kebanggaan masyarakat Riau tersebut.
“Jadi gini, pernyataan Pak Gubernur halnya kemarin ingin menjual Stadion Utama Riau, itu kan sebenarnya lebih kepada respons spontan beliau saja, karena ada masukan menjual aset-aset itu tidak terpakai seperti kendaraan dan bangunan lainnya. Jadi tak perlu dibesar-besarkanlah,” ujar Erisman.
Lebih lanjut, Kadispora Riau menjelaskan bahwa upaya untuk menggandeng pihak ketiga didalam pengelolaan Stadion Utama sebenarnya itu telah diupayakan. Beberapa calon investor bahkan telah meninjau langsung lokasi stadion. Namun, setelah melakukan peninjauan, para investor tersebut mengurungkan niatnya dengan alasan besarnya biaya perawatan stadion.
“Perlu saya sampaikan, selama ini kita bukan tidak berusaha mencari pihak ketiga atau investor yang mau mengelola. Sudah beberapa kali sebenarnya, bahkan sudah ada juga yang datang langsung meninjau tapi setelah ditinjau mereka mundur. Hal itu karena biaya pemeliharaannya memang besar. Total luas keseluruhan lahan stadion ini mencapai sekitar 66,4 hektare. Itu tentu bukan kawasan yang kecil dan butuh anggaran besar untuk perawatan menyeluruh,” jelasnya.
Erisman mengungkapkan bahwa sejak usainya pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2012, alokasi anggaran perawatan untuk Stadion Utama Riau memang tidak lagi maksimal. Dimana, anggaran yang tersedia saat ini terbatas hanya untuk pemeliharaan bagian dalam stadion, seperti kebersihan, pengamanan, dan pengawasan.
“Selama saya di Dispora, anggaran yang ada itu kan hanya anggaran kebersihan, anggaran pengamanan dan pengawas. Tapi kalau anggaran untuk perawatan keseluruhan tidak ada. Makanya kalau kawasan di bagian dalam ya sejauh ini sih relatif cukup bersih. Fungsi lapangannya bisa digunakan untuk main bola, tidak ada masalah,” ungkapnya.
Terkait rencana melibatkan pihak ketiga atau swasta, Dispora Riau menyatakan keterbukaan kerja sama pengelolaan, asalkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan berlaku. Erisman berharap ada pihak swasta yang tertarik untuk berinvestasi dalam pemanfaatan aset Stadion Utama. (Rezha)