DERAKPOST.COM –Ribuan massa Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Pelalawan ini, memadati bundaran Tugu Zapin, hari Rabu (16/2025). Massa ini menolak relokasi dari lokasi kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) pasca disita Satgas PKH.
Terkait ada aksi ini, organisasi masyarakat Pemuda Tri Karya (PETIR) melihat sesuatu yang lebih besar—dan lebih gelap. Di dalam hal itu di balik teriakan dan spanduk protes.
PETIR inipun menyebut protes massa atas penyitaan pada kebun sawit ilegal di TNTN ditunggangi bos besar sawit. Mereka desak Presiden Prabowo tidak tebang pilih.
“Mereka itu menolak penyitaan kebun sawit yang selama ini bertahun-tahun ditanam di jantung kawasan konservasi itu. Sebagian mengaku sebagai petani kecil, dengan hal menggantungkan hidup dari kebun mereka. Ini diminta janganlah tertipu narasi petani kecil,” ungkap Ketua Umum DPN PETIR.
Jackson Sihombing, kepada wartawan juga mengatakan, bahwasa pihaknya punya data kuat bahwa sejumlah besar lahan sawit di TNTN dikuasai oleh segelintir orang yang menyamar sebagai rakyat biasa. Padahal itu ada yang punya 100 hektare, bahkan satu orang menguasai 1.000 hektare.
Jackson menduga tekanan terhadap Satgas PKH sengaja digalang para bos sawit agar operasi penyitaan dihentikan. Dia berharap pada Satgas harus tetap maju tanpa gentar, bahkan jika harus menghadapi kerumunan massa. “Kami ini mendukung penuh Satgas PKH. TNTN harus dipulihkan. Jangan takut dan mundur karena tekanan,” tegasnya.
Di kesempatan itu, PETIR juga menyoroti keengganan pihal pemerintah menindak perusahaan-perusahaan besar yang telah dilaporkan merambah kawasan hutan. Dan mereka menuding ada ketimpangan dalam penegakan hukum.
“Kalau itu masyarakat kecil disita kebunya, kenapa korporasi yang kami laporkan justru tak disentuh?” kata Jackson. Dia pun dalam hal ini menyerukan kepada Presiden untuk mengambil langkah tegas. Seperti halnya memasang plang penyitaan di TNTN adalah babak baru menyelamatkan kawasan itu. (Dairul)