Pengamat Ini Sebut Pekan Budaya Melayu Serumpun Merupa Kelas Terbuka Bagi Generasi Muda Riau

0 68

DERAKPOST.COM – Pekan Budaya Melayu Serumpun Tahun 2025 di Riau mendapat apresiasi tinggi dari pengamat pendidikan sekaligus akademisi perguruan tinggi swasta di Riau, Assoc Prof Dr Reno Renaldi M Kes, menyampaikan ucapan selamat kepada Gubernur Riau Abdul Wahid beserta jajaran, Dinas Pariwisata, dan seluruh instansi terkait yang telah menyukseskan acara Keduri Riau: Pekan Budaya Melayu Serumpun 2025.

Menurut Reno, kegiatan ini merupakan kolaborasi besar yang mempertemukan pelaku seni, budayawan, pendidik, dan masyarakat dari berbagai daerah serumpun Melayu.

Ia menilai ajang ini sebagai laboratorium pembelajaran hidup yang sangat kaya untuk membentuk karakter, kreativitas, dan kebanggaan identitas generasi muda.

“Pekan Budaya Melayu Serumpun bukan sekadar hiburan atau pertunjukan seni. Ia adalah ruang belajar terbuka, di mana peserta didik dapat mengamati, terlibat, dan menyerap nilai-nilai luhur warisan leluhur. Inilah kelas besar tanpa dinding yang mempertemukan teori dengan praktik kehidupan,” ujarnya.

Budaya sebagai Kurikulum Hidup

Reno menekankan bahwa kegiatan seperti ini memberikan pembelajaran kontekstual yang sulit diperoleh hanya dari buku teks. Melalui sejarah budaya Melayu di Riau, lomba pantun, pementasan tari tradisi, pameran kuliner khas, hingga lokakarya kerajinan tenun dan anyaman, siswa diajak mengasah kreativitas, melatih kerja sama, membangun kepercayaan diri, sekaligus mempelajari filosofi di balik setiap tradisi.

“Anak-anak belajar nilai sopan santun dari tata cara berpantun, melatih ketelitian dan kesabaran dari proses menenun, serta memahami konsep gotong royong dari kerja tim saat persiapan pementasan. Semua ini adalah kompetensi hidup yang relevan di era modern,” jelasnya.

Penguatan Identitas dan Kebanggaan Budaya

Menurutnya, Pekan Budaya Melayu Serumpun juga memiliki peran strategis dalam memperkuat identitas daerah. Ia menyoroti momen bersejarah saat Harta Pusaka Melayu Riau dipamerkan kembali setelah 80 tahun tidak ditampilkan kepada publik.

Harta pusaka yang berasal dari masa kepemimpinan Sultan Syarif Kasim II tersebut, seperti mahkota kerajaan, pedang kesultanan, dan pin raja, memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Reno berharap generasi muda tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga pewaris dan pengembang budaya.

“Jika generasi muda memahami akar budayanya, mereka akan memiliki pondasi yang kokoh untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri,” tegasnya.

Integrasi dalam Pendidikan Formal

Reno mengajak seluruh sekolah, guru, dan tenaga kependidikan untuk memanfaatkan momentum ini dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Ia memberi contoh, guru bahasa dapat menggunakan pantun atau cerita rakyat sebagai bahan ajar, guru IPS dapat menjadikan pameran budaya sebagai studi lapangan, sementara guru seni dapat mengadaptasi tarian dan musik tradisi untuk latihan di kelas. Dengan begitu, pembelajaran menjadi lebih hidup dan kontekstual.

Selain itu, ia mendorong kolaborasi antara sekolah dan komunitas budaya agar transfer pengetahuan tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di tengah masyarakat. Menurutnya, keterlibatan langsung dalam kegiatan budaya akan menumbuhkan rasa memiliki sekaligus memperkaya wawasan siswa tentang keberagaman dan persatuan.

Sebagai penutup, Reno menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi pada suksesnya Pekan Budaya Melayu Serumpun di Riau.

“Semoga kegiatan ini terus berlanjut dan menjadi teladan bagi daerah lain. Melalui budaya, kita membentuk generasi yang berkarakter, kreatif, dan bangga akan jati dirinya,” pungkasnya. (Rilis)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.