Keterbatasan Lahan, Ketua RT di Duren Sawit Bangun Kolam Lele di Selokan Ini Terinspirasi dari Jepang

0 68

DERAKPOST.COM – Ketua RT 08 RW 04, di Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur, Taufiq Supriadi, mengungkapkan, bahwa ide pembuatan kolam lele di atas selokan muncul yang karena keterbatasan lahan di wilayahnya. Hal tersebut dilakukan karena terinspirasi dari sistem selokan di Tokyo, Jepang, yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara ikan.

Taufiq mengatakan, gagasan berawal dari konsep 3P, yaitu profit, people, planet. Yang diketahui juga keuntungan finansial (profit), manfaat bagi masyarakat (people), dan hal dampak dirasa positif terhadap lingkungan (planet). “Keterbatasan lahan di sini semua sudah beton, enggak ada tanah kosong. Ini tujuan saya juga supaya lingkungan punya pemasukan tambahan,” kata Taufiq.

Taufiq menuturkan, bahwasanya untuk ide itu dimusyawarahkan bersama warga, yang mana sebagian besar sangat mendukung penerapan konsep tersebut. Maka, dalam hal ini berinovasi membuat kolam ikan lele di atas selokan sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Hal itu sambungnya, ia lakukan karena terinspirasi dari sistem selokan di Tokyo, Jepang, yang dapat dimanfaatkan ini untuk dapat memelihara ikan

“Waktu ke Tokyo itu, saya lihat ada ikan di saluran air. Itu sama seperti ini dua lantai, bagian bawah untuk air kotor, pada bagian atasnya untuk ikan,” ujar Taufiq. Dalam hal ini, ia menjelaskan, selokan di Tokyo dibuat dua tingkat, dengan sehingga air tetap bisa mengalir tanpa mengganggu habitat ikan. Bahkan ini, terinspirasi dari sistem serupa yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor (IPB), yakni memanfaatkan selokan untuk budidaya ikan.

Dikutip dari laman Kompas. Maka terpikir menerapkan hal itu (membuat kolam ikan di atas selokan) di sini keterbatasan lahan. Di sini semua itu sudah beton, enggak ada tanah kosong. Tujuan demikian, sebutnya, juga upaya lingkungan punya pemasukan lingkungan dan ketahanan pangan. Taufiq menjelaskan, kolam ikan lele dibangun di atas saluran air sepanjang 14 meter yang menggunakan beton tipe U-Ditch.

“Kalau beton U-Ditch sendiri kedalaman 60 sentimeter, kita gunakan kolam sekitar 25 sentimeter dan untuk saluran air bawah 35 sentimeter, panjangnya 14 meter,” jelasnya. Ia pun memastikan bahwasa sistem kolam dua lantai tersebut tidak menutup saluran air dan tidak menyebabkan banjir. Karena,
di atas untuk lele, di bawah tetap saluran air. Sehingga, diharap dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat.

Selama 22 tahun tinggal didalam wilayah tersebut, Taufiq memastikan saluran air di lingkungannya tidak pernah meluap, walau sepenuhnya pas hujan deras cuma naik 3-4 sentimeter. Taufiq menambahkan, bahwa pembangunan kolam ikan lele itu menelan biaya sekitar Rp 20 juta yang diperoleh dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebuah perusahaan didaerah ini.

“Yaitu, untuk bibit dan pakan sekitar Rp 6 Juta, kalau dihitung-hitung dari kolam 14 meter itu akan menghasilkan sekitar 800 kilogram lele,” kata Taufiq. Menurut Taufiq, keuntungan dari hasil panen tidak hanya digunakan untuk operasional, tetapi juga dibagikan untuk kepentingan warga. Yang artinya, jikalau Lele yang dipanen itu dijual Rp 25.000 per kilo jadi kalau sekali panen bisa dapat Rp 20 juta, nanti keuntunganya dibagi-bagi pada warga sekitarnya. (Dairul)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.