DERAKPOST.COM – Jangan salah, suara seksual yang dapat menunjukkan bahwa pasangan yang bercinta saling merespons dan saling tidak acuh tak acuh.
Pasalnya, banyak orang menduga erangan, rintihan, dan desahan ini sebagai rasa sakit dialami saat bercinta. Namun, sebenarnya dalam pengalaman seksual, suara ini kerapĀ tak terkontrol. Artinya, jangan salah paham akan hal demikian. Sebab yang sebenarnya itu, menunjukkan bahwa pasangan sedang bercinta saling merespon, dan saling tidakĀ acuh tak acuh.
Jadi, apa sebenarnya yang mendorong suara ini tanpa sadar keluar dari kerongkongan? Profesor Aaron Ben-Zeāev, peneliti yang khusus mempelajari emosi manusia menjelaskan alasannya.
Suara adalah cara mengeluarkan perasaan
Mengutip penjelasan Ben-Zeāev dilansirĀ Psychology Today, beberapa waktu lalu, seorang wanita mengaku ketika memiliki perasaan dalam diri, ia membuat ākegaduhanā untuk mengeluarkan perasaan tersebut. Wanita lainnya mengaku menahan desahan, rintihan, dan kebisingan saat bercinta dengan pasangannya karena malu.
Menurut Oxford English Dictionary, erangan adalah suara rendah dan panjang yang dibuat seseorang untuk mengungkapkan penderitaan fisik, mental, dan kenikmatan seksual. Kalau berteriak, ini karena terluka, ketakutan, atau bersemangat. Definisi ini sesuai dengan situasi saat pasangan bercinta, bahwa erangan mengungkapkan kenikmatan seksual yang positif sedangkan teriakan, aku seorang wanita, dikeluarkan ketika melakukan hubungan seks yang kasar dan menyakitkan.
Rintihan mekanisme transfer gairah
Dalam bukuĀ The Arc of Love,Ā Ben-Zeāev menekankan bahwa emosi secara umum dan cinta bersifat ambivalen. Artinya, emosi bahkan yang negatif dan yang bertentangan dengan cinta bisa hadir bersamaan. Ambivalensi seperti itu adalah hal biasa karena emosi yang parsial.
Parsial, maksudnya fokus pada target yang sempit atau sangat sedikit orang dan emosi mengekspresikan perspektif pribadi serta ketertarikan. Jadi setiap ekspresi yang parsial ini tak ada perspektif tunggal yang mengungkapkan perspektif emosional utama. Ben-Zeāev mencontohkan, seorang janda yang menghadiri pernikahan putrinya, merasakan kegembiraan sekaligus kesedihan karena mendiang suaminya tidak hadir. Demikian pula, pengalaman seksual dapat melibatkan kenikmatan dan penderitaan yang diekspresikan dalam rintihan.
Bercinta dalam situasi bertengkar merupakan cara mengungkapkan kelembutan
Ben-Zeāev menggambarkan situasiĀ makeup sexĀ sebagai contoh dalam transfer gairah. Bagaimana tidak, yang mulanya situasi pertengkaran tak menyenangkan serta menciptakan jurang pemisah, denganĀ makeup sexĀ pasangan bisa membangun kembali ikatan dengan cara yang sangat nyata. Dalam keadaan gairah tinggi terkait pertengkaran dipindahkan ke keadaan gairah tinggi selamaĀ makeup sex.Ā Cara lain untuk meningkatkan gairah seksual adalah dengan menggoda, melibatkan argument yang lembut dan lucu.
Desahan cara meyakinkan pasangan
Dengan mengeluarkan suara seperti erangan atau desahan, maka pasangan menunjukkan ikatan. Ini berarti jauh lebih baik daripada keheningan. Ben-Zeāev mengutip Brewer dan Hendrie, dalam penjelasannya memaparkan bahwa wanita mengeluarkan suara seperti lenguhan atau desahan ketika mereka bosan, lelah, atau tidak nyaman saat berhubungan seks. Ada pula yang mengeluarkan suara tersebut agar pria pasangannya terangsang dan mencapai klimaks lebih cepat. Tetapi temuan lain, wanita paling sering mengeluarkan suara desahan selamaĀ foreplayĀ serta sebelum atau bersamaan dengan ejakulasi pria.
Sebagai penutup, Ben-Zeāev mengatakan, keseimbangan sangat penting di sini. Karena tak bisa membedakan erangan dan desahan asli atau manipulatif, yang pasti semuanya berefek positif setidaknya bagi satu orang. Dalam cinta yang mendalam, tindakan memang berbicara lebih keras daripada kata-kata dan ādilakukan dengan baikā jauh lebih baik daripada ādiucapkan dengan baikā. Menyuarakan gairah memang bermanfaat untukĀ bercinta, tetapi bukan berarti semakin banyak kebisingan semakin menjamin kepuasan. (Dairul)