PEKANBARU, Derakpost.com- Diketahui tidak hanya lingkungan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau saja menggelar Festival Lampu Colok Kreatif Ramadhan tahun ini. Ternyata beberapa kabupaten dan kota juga secara tidak sengaja gelar hal yang sama.
Misalnya sebut saja antara lain adalah Bengkalis, Rokan Hilir, Meranti, bahkan Dumai. “Saya ini menghargai sekaligus mengucapkan terima kasih pada pihak kabupaten dan kota menggelar Festival Lampu Colok tahun ini,” ucap Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar kepada pers.
Menurut Gubri, selain akan memberikan hiburan dan kesenangan tersendiri bagi masyarakat, Festival Lampu Colok juga adalah salah satu keunikanya tersendiri untuk budaya Melayu. Karena, diketahui ternyata festival lampu colok kreatif ini dilaksanakan di provinsi juga mendapat sambutan baik olehnya masyarakat.
“Ini mendapat sambutanya sangat baik dari masyarakat. Kita, melihat antusias bagaimana masyarakat dengan lampu colok didalam berbagai kreasi. Diharap ke depanya, tradisi seperti lampu colok tetap mendapat perhatian dari berbagai pihak untuk dilestarikan. Kemajuan dari teknologi tidak berarti melupakan tradisi masyarakat Melayu,” kata Gubri lagi.
Sementara itu, terpisah Kepala Dinas Kebudayaan Riau, Raja Yoserizal Zen yang dipercaya sebagai salah seorang juri menyebut bahwa etika, estetika dan kreativitas itu akan menjadi tolak ukur dalam penilaian. Festival Lampu Colok Kreatif, sebut Yose, juga mengandung unsur budaya. Oleh karena itu diharap ini juga menjadi wisata budaya di bulan Ramadan.
Lebih lanjut dikatakan Yose, bahwasa Lampu Colok dari Riau ini, merupakan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang sudah ditetapkan sebagai WBTB Indonesia pada tahun 2021. “Ini. Kalau sudah ditetapkan sebagai suatu WBTB Indonesia, maka ini Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan,” jelasnya.
Seperti diketahui, untuk hal semarakkan bulan suci Ramadhan ini sekaligus suka cita menyambut hari lebaran, maka dari
Pemprov Riau menggelar ajang Festival Lampu Colok Kreatif. Lampu itu dibuat warna ini dipilih karena sejak dulu telah jadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Melayu. Biasanya itu, pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, masyarakat pasang lampu colok di depan rumahnya.
Dalam bahasa Melayu, colok itu artinya lampu penerang. Lampu colok sejenis lampu teplok itu menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Lampu tradisional ini digunakan dengan lokasi kompor di dalamnya. Biasanya, tradisi tradisi lampu colok dimulai tanggal 21 Ramadhan atau malam satu likur.
Selain sebagai penerangan, memasang lampu colok di depan rumah juga sudah merupakan antusiasme muslim Melayu didalam hal menyambut malam Lailatul Qadar. Festival digelar antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk lingkup Pemerintah Provinsi Riau, juga seluruh kelurahan di Kota Pekanbaru. Festival ini memperebut hadiah puluhan juta rupiah. **Rul