Ini Penyebab Ekspor Cangkang Sawit Terancam Gagal Shipment di Pelabuhan Tanjung Buton

0 364

 

SIAK, Derakpost.com- Terdata sekitar 7 perusahaan eksporter telah berinvestasi di Kabupaten Siak. Yakni untuk komoditi ekspor cangkang kelapa sawit. Tepat di
Kawasan Pelabuhan Tanjung Buton. Hal itu, kini terancam gagal shipment.

Diketahui volume ekspor cangkang dari Tanjung Buton hingga pada Maret 2022 mencapai 162.388 metric ton (mt) yang estimasi ditahun ini mencapai 700.000 mt. Sementara, pada tahun 2021 capai 425.000 mt, dan tahun 2020 sebanyak 360.183 Mt

Ini berarti pada tahun 2022 ada potensi ekspor di Pelabuhan Tanjung Buton itu, mencapai sumbanganya devisa negara
sebesar USD 82,6 juta atau senilai Rp1,2 Trilliun. Angka penghasilan yang sangat besar dari pelabuhan kecil di daerah ini yang memilik dermaga berukuran hanya 220 meter.

Akan tetapi sejak bulan Maret 2022 lalu, proses ekspor cangkang sawit untuk di Tanjung Buton ini akan terkendala oleh ada pemuatanya paper roll di pelabuhan dengan loading rate sangat lambat, dan diperlukan 2 minggu untuk muat 6.000 ts. “Hal ini akan mengganggu frekuensi ekspor dari cangkang sawit, karena tak bisa bersandarnya kapal-kapal mereka,” kata Jimmy Zhang.

Lebih lanjut dikatakan oleh Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (Apcasi) Provinsi Riau, dalam rilis diterima, Jumat (8/4/2022), bahwa sebagai perbandingan, untuk 10.000 ts cangkang sawit bisa diselesaikan dalam waktu 3,5 hari.

“Keberadaan kapal-kapal ini mestinya dipertimbangkan kembali oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas pelabuhan (KSOP) izinnya, mengingat sarana dan prasarana di Pelabuhan Tanjung Buton belum memadai untuk memuat paper roll sebesar itu dengan kecepatan loading rate yang lebih cepat. Sehingga tidak menghambat potensi ekspor cangkang sawit yang sudah berlangsung lama dan berpotensi besar sebagai sumber devisa negara dari pelabuhan tersebut,” jelasnya lagi.

Terkait masalah ini para eksporter cangkang sawit menyatakan protes keras soal keberadaan kapal yang menggunakan pelabuhan Tanjung Buton dengan sarana dan prasarana yang tidak memadai, sehingga loading time sampai dua minggu. Akibatnya tidak ada ruang bagi eksportir cangkang sawit untuk loading.

“Kami sangat memaklumi banyaknya kapal siapa saja yang akan loading di pelabuhan kita bersama ini, tapi kalau loading rate tidak memadai dan dapat menghambat pemuatan eskpor yang lain, jangan dipaksakan malah jadi tidak produktif pelabuhan ini,” jelasnya.

Oleh sebab itu para eksporter sarankan pihak Samudera Siak ini sebagai pemilik pelabuhan untuk tetapkan saja loading rate per hari misalnya harus 2.000ts. Ini sehingga kepentingan semua pengguna jasa terakomodir. Di sisi lain ungkapnya, penghasilan Samudera Siak maksimal.

Jimmy Zhang menyarangkan sebaiknya hanya kapal dengan LOA 120-130m saja boleh bersandar di pelabuhan Tanjung Buton atau boleh besar asalkan loading ratenya bisa maksimal 4 hingga 5 hari. “Lebih dari itu sebaiknya ditunda saja sampai fasilitasnya memadai,” ujarnya. **Lns

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.