Gara-gara Berjilbab, Siswi tak Boleh Masuk Kelas

 

INDIA, Derakpost.com- Nasib malang dialami siswi di Negara India, disebab pakai jilbab maka tidak diperbolehkan belajar dalam ruangan. Dan sehingga, terpaksa belajar di luar ruang kelas.

Menyikapi ini, sejumlah siswi di India menggelar aksi protes. Mereka duduk bersama di depan gerbang salah satu sekolah di distrik Udupi, negara bagian Karnataka. Sementara itu, staf sekolah hanya memperhatikan para siswi dari jauh.

Staf itu menegaskan bahwa para siswi tak bisa masuk yang karena melanggar aturan sekolah. Mereka sudah terbiasa karena aksi semacam ini, berlangsung selama sebulan belakangan. Sejak aksi itu menarik perhatian warganet. Bahkan sejumlah sekolah terapkan aturan yang serupa.

Terkait ini, Pengadilan tinggi India pun akhirnya turun tangan. Mereka bakal mendengar petisi diajukan para siswa pada Selasa (7/2/22) itu. Setelah itu, pengadilan bakal memutuskan untuk mencabut aturan yang dibuat sekolah-sekolah itu atau tidak.

Namun, aturan sepihak sekolah itupun terlanjur picu gelombang protes. Sejak Senin (7/2/22), ratusan siswi dan orang tuanya menggelar protes meminta agar semua pelajar diizinkan masuk sekolah meski memakai jilbab.

“Kami ini mengalami bentuk apartheid keagamaan. Aturan sangat diskriminatif dan merugikan perempuan Muslim,” ujar seorang siswi peserta aksi protes, A. H. Almas, kepada Associated Press.

Dilansir iNews.id. Hingga saat sekarang ini sebenarnya ada beberapa pertemuan diantara pihak staf sekolah, perwakilan pemerintah, dan para siswi. Namun, dari Menteri Pendidikan Negara Bagian Karnataka, B. C. Nagesh, itupun tak mau mencabut aturan itu.

“Mereka yang tak mau menaati aturan seragam itu. Maka, bisa memilih opsi lain,” ucap Nagesh kepada wartawan pada Minggu (6/2/22) lalu.

Selama ini, perempuan memakai hijab merupakan pemandangan lumrah di India, di mana 14 persen dari 1,4 miliar populasinya memang beragama Islam.

Namun, belakangan ini semakin banyak gesekan antara Muslim dan kelompok Hindu yang merupakan mayoritas di India. Gesekan ini meningkat setelah partai Hindu nasionalis pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa.

Sejumlah kelompok pemerhati hak asasi manusia pun mulai menyuarakan kekhawatiran mereka. Menurut mereka, situasi saat ini dapat memicu Islamofobia.

Salah satu aktivis, Afreen Fatima, bahkan khawatir Muslim di India nantinya dapat menjadi kelompok yang termarjinalkan dan terisolasi.

“Yang kita liha sekarang adalah upaya untuk membuat perempuan Muslim tak terlihat dan menyingkirkan mereka dari ruang-ruang publik,” ucap Fatima.

Para warganet juga menyuarakan protes mereka. Tanda pagar #HijabIsOurRight beredar di jejaring sosial India dalam waktu singkat.

Namun, gerakan itu langsung dilawan oleh kelompok nasionalis Hindu. Mereka berarak di jalan sembari menggunakan syal safron, warna yang merupakan simbol nasionalis Hindu.

Mereka berarak sembari melontarkan puji-pujian kepada dewa-dewa Hindu, sementara mengkritik perempuan Muslim karena memakai hijab.

Melihat gelombang aksi ini, pemerintah sejumlah negara bagian melarang penggunaan pakaian yang mengganggu kesetaraan, integritas, dan ketertiban umum.

Sejumlah sekolah juga memutuskan meliburkan siswa demi mencegah bentrokan. Sementara itu, beberapa sekolah lainnya memutuskan untuk mengizinkan siswi Muslim masuk, tapi duduk di ruang kelas terpisah.

Keputusan itu kembali menuai kritik. Para siswi Muslim menuding staf sekolah melakukan segregasi terhadap mereka hanya berdasarkan agama.

“Ini sangat memalukan. Sampai kapan kita harus menerima kenyataan bahwa penduduk menjadi korban stigma karena agama mereka,” kata Almas. **Rul