JAKARTA, Derakpost.com- Dikarenakan, pengusaha sawit tekor. Maka hal itu, tak mempengaruh dari Keputusan Presiden Joko Widodo melarang para pengusaha
ekspor minyak goreng (migor) atau pun bahan baku. Ini, analisa Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira.
“Keputusan dari Presiden Joko Widodo itu, melarang pengusaha ekspor migor dan bahan baku tidak lantas selesaikan kenaikan harga membuat kantong pada masyarakat bolong,” kata Bhima. Sebut dia, lonjakan harga dilatarbelakang oleh kebijakan mekanisme pasar seharusnya diperbaiki oleh pemerintah.
Karena menurutnya, larangan ekspor tidak bakal membuat harga Migor berubah menjadi lebih murah. Akan tetapi justru pengusaha berpotensi menaikan kembali harga jual eceran Migor ke masyarakat, lantaran satu jaring pendapatannya ditutup aksesnya oleh pemerintah.
“Jadi belum bisa dipastikan harga migor akan turun, dikarena pengusaha sawit yang kehilangan pendapatanya ekspor CPO akan kompensasikan kerugian ke margin harga produk turunan termasuk migor,” ujar Bhima kepada Kantor Berita Politik RMOL.
Selain itu, Bhima juga melihat perkembangan harga CPO di pasar internasional mulai naik sekitar 9 persen seminggu terakhir karena larangan ekspor. Sehingga dia memprediksi, keadaan akan menjadi lebih fatal lagi jika pelarangan ekspor hanya berlaku singkat.
“Sementara itu harga patokan CPO-nya tetap tinggi maka migor kemasan yang gunakan mekanisme pasar itu semakin mahal. Dan faktor berikut, momentum lebaran di mana permintaan ini sedang tinggi untuk kebutuhan rumah tangga dan warung makanan,” ujar Bhima. **Rul