PalmCo Geser Dominasi Swasta, Kuasai Lahan Sawit Terluas di Indonesia

0 62

DERAKPOST.COM – Indonesia semakin menegaskan posisinya sebagai produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia. Di balik dominasi tersebut, hanya segelintir korporasi raksasa yang menguasai aset paling strategis dalam industri sawit: lahan atau landbank.

Dalam industri perkebunan, luas lahan menentukan kapasitas produksi, efisiensi biaya, serta kekuatan pasar. Berdasarkan data terbaru dari berbagai sumber, berikut adalah 10 grup perusahaan dengan konsesi lahan kelapa sawit terbesar di Indonesia, termasuk BUMN dan emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun Singapore Exchange (SGX).

BUMN Merajai: Lahirnya PalmCo

Puncak daftar kini dipegang oleh PalmCo, subholding hasil restrukturisasi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Group yang digagas Kementerian BUMN.

PalmCo memiliki estimasi total lahan mencapai 586.000 hektar, menjadikannya penguasa lahan sawit terbesar di Indonesia, bahkan salah satu terbesar di dunia.

Entitas ini terbentuk melalui penggabungan PTPN V, VI, dan XIII ke dalam PTPN IV, serta pemisahan tidak murni dari PTPN III (Persero).
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan memperkuat hilirisasi sawit dari sisi BUMN.

Kehadiran PalmCo resmi mengakhiri dominasi perusahaan swasta yang selama puluhan tahun menduduki posisi teratas dalam bisnis sawit nasional.

Raksasa Swasta: Sinar Mas dan Astra Group

Di posisi kedua, terdapat Golden Agri-Resources (GAR), pilar agribisnis milik Sinar Mas Group, yang tercatat di SGX dengan kode E5H. GAR mengelola 536.000 hektar lahan sawit di Indonesia dan dikenal karena integrasi bisnisnya dari hulu hingga hilir.

Menyusul di posisi ketiga, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dari Astra Group, dengan penguasaan lahan sekitar 284.800 hektar. AALI menjadi favorit investor karena tata kelola perusahaan yang kuat serta komitmen pada praktik perkebunan berkelanjutan.

Emiten Singapura Mendominasi “di Balik Layar”

Menariknya, sejumlah pemain besar sawit Indonesia justru tercatat di bursa Singapura. Selain GAR, ada First Resources Ltd (EB5) dengan lahan 263.400 hektar, Wilmar International (F34) dengan 230.900 hektar, dan Bumitama Agri Ltd (P8Z) dengan 187.000 hektar.

Khusus Wilmar, meskipun luas lahan tidak sebesar pesaingnya, perusahaan ini tetap menjadi trader dan pengolah CPO terbesar di dunia, berkat fokus bisnis pada pengolahan dan distribusi (midstream dan downstream).

Penantang dari Bursa Domestik

Selain Astra Agro, sejumlah emiten BEI juga menguasai lahan besar:

PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) – 241.200 hektar

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) – 167.700 hektar

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) – 161.400 hektar

PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) – 115.500 hektar

Posisi ini menempatkan grup-grup seperti Salim Group dan Triputra Group sebagai kekuatan besar sektor agribisnis domestik.

Analisis: Lahan, Aset Emas di Era ESG

Penguasaan lahan kini menjadi aset strategis paling berharga, terlebih setelah moratorium pembukaan lahan baru dan meningkatnya tekanan global terkait isu keberlanjutan (ESG).

Dengan kondisi tersebut, ekspansi agresif nyaris tidak mungkin lagi dilakukan. Maka, masa depan industri sawit bergeser dari ekspansi (ekstensifikasi) menjadi intensifikasi, yaitu peningkatan produktivitas per hektar.

Bagi investor, luas lahan memang menggambarkan potensi produksi CPO. Namun profitabilitas ke depan akan sangat ditentukan oleh:

Yield – produktivitas tanaman per hektar,

Age Profile – usia produktif pohon, dan

Hilirisasi – kemampuan menciptakan nilai tambah dari produk turunan sawit.

Total penguasaan lahan oleh 10 perusahaan besar ini mencapai lebih dari 2,7 juta hektar, menjadikan mereka penentu utama arah industri sawit nasional dan global.  (Dairul)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.