Waduh…… Disdik Pelalawan Non-aktifkan Sri Mulyani dari Kepala SMPN 1 Bandar Sei Kijang

0 53

DERAKPOST.COM – Kepala SMP Negeri 1 Bandar Seikijang Sri Mahyuni sekarang ini dinon-aktifkan dari jabatannya oleh pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan. Ini menyusul aksi penolakanya dilakukan oleh wali murid dan komite sekolah.

Diketahui langkah tegas menonaktifkan itu  menyusul memuncaknya aksi penolakan ini dengan penggembokanya gerbang sekolah dan pemasangan spanduk, pada hati Selasa (27/5/2025), yang sehingga hal itu sempat menghambat akan jalannya proses belajar mengajar.

Aksi tersebut melibatkan pemasangan dua spanduk di lingkungan sekolah. Salah satu spanduk di gerbang utama berbunyi “Sekolah ini ditutup hingga batas waktu tidak ditentukan”, sementara spanduk lainnya yang terpasang di pagar bertuliskan “Wali murid menolak Ibu Sri Mahyuni sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bandar Seikijang”.

Menanggapi situasi tersebut, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Pelalawan, Leo Nardo, langsung turun tangan dengan melakukan koordinasi bersama pihak Polsek, beserta Pemerintah Kecamatan Bandar Seikijang, dan BKPSDM Kabupaten Pelalawan.

“Kita langsung melakukan koordinasi dengan Bupati dan BKPSDM, supaya proses belajar mengajar anak didik kita jangan sampai terganggu. Apalagi beberapa hari ke depan para pelajar SMP ini akan mengikuti ujian akhir,” ujar dia dikutip dari laman Haluanriau.co.

Sebagai solusi cepat, Disdik Pelalawan memutuskan untuk menonaktifkan Kepala Sekolah Sri Mahyuni dan menunjuk Wakil Kepala Sekolah, yang akrab disapa Ibu Lis, sebagai Pelaksana Harian (Plh) Kepala Sekolah.

Setelah dilakukan mediasi, gerbang sekolah akhirnya dibuka dan spanduk dilepas. Para guru dan siswa pun dapat kembali menjalankan aktivitas belajar mengajar seperti biasa.

Leo menjelaskan bahwa polemik ini sebenarnya sudah berlangsung sejak Februari 2025. Namun, memuncaknya persoalan etika yang dinilai tidak mencerminkan sikap seorang pendidik menyebabkan semakin meluasnya penolakan dari wali murid dan komite sekolah.

“Permasalahan ini sebenarnya sudah muncul sejak Februari. Tapi karena menyangkut etika yang seharusnya menjadi contoh bagi murid-murid, akhirnya muncul penolakan dari orangtua siswa. Aksi penggembokan ini adalah puncaknya,” terang Leo.

Ia memastikan bahwa persoalan tersebut kini telah ditangani secara serius agar tidak mengganggu dunia pendidikan. Intinya, hal permasalahan ini sudah selesai. Dan pihak Disdik ini sudah mengambil langkah tegas agar proses belajar mengajar tetap berjalan dan tidak terhenti.  (Ajo Marbun)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.