Panitia Tak Transparan, Tim Pemenangan Syafriadi Tolak Ikuti Sidang Pleno Konfrensi PWI Riau

0 147

 

BENGKALIS, Derakpost.com – Ratusan anggota PWI, sebagai pendukung pada
Tm Pemenangan Syafriadi dalam acara pemilihan Ketua PWI Riau menolak ikut
tahapan didalam sidang pleno konfrensi di Kota Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, pada Kamis (23/6/2022).

Penolakan untuk hadir dalam Konfrensi Provinsi PWI Riau adalah bentuk ketidak transparanya panitia terhadap beberapa poin yang dibawa di konfrensi tersebut.
Diantaranya, adalah pemilihan tempat pelaksanaanya yang cukup jauh di Kota Bengkalis, dan peserta konfrensi harus antri sampai 4 jam di Pelabuhan Roro.

Ketidak transparanan lainnya ini adalah penempatan para peserta yang seakan diikotak-kotakkan. “Ini, jadi pelaksanan Konfrensi PWI Riau yang terburuk pada pelaksanaan selama ini,” sebut seorang peserta dihubungi wartawan, seperti hal ditulis dalam rilis.

Yang paling menyedihkan adalah tidak netralnya panitia dalam hal menyikapi peserta konfrensi. Bahkan seorang dari peserta, Ridha mengatakan, dalam hal ini PWI Bengkalis seakan tidak netral memberlakukan peserta yang berbeda pilihan dengan petahana. Maka ini yang sungguh disesalkan sekali, seharusnya sebagai tuan rumah bersikap netral.

Selain itu, ketidak netralan juga didalam prosesi persidangan ini. Misalnya dalam
penetapan anggota PWI untuk kartunya sedang berproses ikut dalam konfrensi tersebut dalam bentuk mandat bukanya dalam bentuk fisik. Bahkan juga, banyak kartu tersebut dipercepat pengurusanya hanya untuk bisa menguasai legitimasi mandat yang sedang berproses.

Bahkan ada yang menariknya itu jumlah surat mandat yang sedang berproses ini mencapai 92 kartu “Seharusnya sebagai anggota PWI kartunya berproses itukan hadir dalam konfrensi. Bukannya dalam bentuk mandat. Ini sudahlah kartu mati sekian lama, tiba-tiba diaktifkan kembali dan ikut dalam konfrensi,” kata Agustiar.

Agustiar yang merupakan Ketua Pokja Pekanbaru periode kedua, mengatakan, sangat tidak jelas dimana kartu masih berproses tetapi dimandatkan pula. Ini jelas tidak ada etikanya, kalaulah etika tidak ada, tentu kecintaannya terhadap organisasi juga tidak ada. Atau didalam hal ini ada sesuatu dibalik semua, demi kepentingan seseorang.

Menyedihkan, didalam prosesi jalannya konfrensi ini sempat terjadi kericuhan di ruang rapat pleno. Itu, setelah seorang anggota PWI Bengkalis ini sebagai tuan rumah diduga ada melakukan intimidasi terhadap seorang wanita merupakan itu peserta konfrensi. “Sebagai tuan rumah semestinya bersikap santun ke peserta,” ujar Yusrizal Koto.

Apalagi ini kata Ketua Tim Pemenangan Syafriadi ini, peserta wanita diintimidasi tersesbut seperti melecehkan harkatnya wanita. Inikan yang sangat disayangkan sekali. Harusnya kalau itu mau berpihak kepada salah seorang calon, tidak usah terlalu diperlihatkan. Yusko ini tegaskan,
SC yang sebagai pimpinan sidang harus bersikap adil.

“SC yang sebagai dari pimpinan sidang harus bersikap adil. Tapi ini memimpin terlaksananya itu prosesi yang seakan memaksakan sidang dan lebih berpihak kepada calon petahana. Makanya, atas pertimbangan ini, kami sangat menolak kembali mengikuti prosesi persidangan konfrensi di Bengkalis,” ujarnya.

Karena sebutnya, suasana persidangan itu telah tidak kondusif dari pagi sampai menjelang magrib. Itu, diwarnai dengan kericuhan dan adanya pelemparan botol minuman air mineral kepada salah satu peserta bernama Tun Alhyar, pada saat pembahasan dan pengesahan agenda acara dan tata tertib konfrensi dipimpin oleh SC dipersidangan. **Rul/Rls

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.