DERAKPOST.COM – Di Kota Batam, harga dari santan murni dari kelapa makin terus melonjak tajam. Hal itu, seminggu jelang Lebaran 2025. Sehingga dengan harga itu dipastikan menjadi keluhan masyarakat.
Seperti halnya saat ini harga santan murni menyentuh angka Rp85 ribu per kilogram. Kondisi tersebut, terdapat sejumlah pasar, terutama di kawasan Batamkota, Nagoya, dan Jodoh. Kondisi ini diperparah dengan kelangkaan kelapa merupakan bahan baku utama santan. Bahkan, hal itu yang malah membuat banyak dari pedagang makanan terpaksa tutup.
Dari informasi pasar di Batam dirangkum. Yakni disekitar Pasar Tiban Batuaji, serta Sagulung harga santan murni menyentuh Rp60 ribu perkilo, tetapi Rp40 ribu perkilo santan yang dicampur air. Sedangkan, di Batamkota, Nagoya dan Jodoh itu harga perkilonya Rp85 ribu dan Rp60 ribu untuk yang sudah dicampur dengan air.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa lonjakan harga ini berdampak serius pada keberlangsungan usaha kecil, khususnya pedagang kuliner yang sangat bergantung pada ketersediaan santan. “Banyak kelapa dijual ke luar negeri, maka pasokan kelapa ke Batam itu sejak beberapa bulan terakhir sangat langka,” kata Rudi, penjual santan di Pasar Fanindo.
Rudi mengaku, kini sering kehabisan stok santan murni diakibat kelangkaan kelapa dipasaran dan kelangkaan ini terjadi sejak empat bulan terakhir. Tetapi, benar-benar itu putus pasokan kelapa sejak seminggu jelang lebaran sampai sekarang. Tentu ini menjadi apa yang mau diperas. Bahkan ini ibarat mencari kelapa sudah sama seperti mencari jarum di jerami.
Rudi yang mengaku berdagang santan itu sudah lima tahun belakangan ini. Tapi hal harga santan kelapa melonjak itu, seperti sekarang. Yakni baru tahun ini kelangkaan kelapa dari berbagai daerah, dan berdasar informasi dari penjual kelapa, ada banyak pengepul menjual kelapa itu keluar negeri karena selisih harga sangat signifikan.
“Bayangkan saja, kalau dijual untuk ekspor, perkilonya Rp10 ribu itupun dalam kondisi kelapa bulat termasuk batok dan kulitnya,” katanya. Selain itu, sambung Rudi, bahwa pengepul kelapa yang mengekspor kelapa, setelah melakukan penimbangan uangnya langsung dibayar saat kelapa yang dimuat ke atas kapal. Sehingga pengepul ini lebih memilih jual ekspor.
Kepada pemerintah, Rudi berharap untuk sesegera mungkin ini mengambil langkah tegas agar tidak merugikan berbagai pihak, jika tidak mengontrol secepatnya, tentu ini perekonomian di Batam, akan berdampak. Pasalnya, sampai disaat sekarang banyak pedagang yang memilih tutup karena tidak mendapatkan santan.
Menanggapi keluhan itu, Wakil Gubernur Kepri Nyanyang Haris Pratamura kepada wartawan, mengaku akan berkoordinasi dengan pihak dewan ketahanan pangan. Dengan tujuan, agar jangan sampai ada kekurangan santan ataupun kelapa pada daerah ini. Selain itu sambungnya, tentu juga akan membatasi ekspor kelapa dari Provinsi Kepri.
Ketika ditanyai, apakah boleh melakukan ekspor kelapa bulat keluar negeri ? Dalam hal ini Nyanyang membolehkan itu selagi kebutuhan kelapa tercukupi untuk daerah Provinsi Kepri. “Jika kebutuhan kelapa di Kepri ini masih kurang, itu tak diperboleh melakukan ekspor kelapa. Hal itu, sudah ada aturannya,” kata Nyanyang. (Sukma)