DERAKPOST.COM – Rencana Gubernur Riau Abdul Wahid untuk mengganti nama Stadion Kaharuddin Nasution memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan. Salah satu menyuarakan penolakannya adalah Tokoh Nasional asal Riau, Sayed Abubakar Assegaf, yang menyebut kebijakan tersebut tidak memiliki arah yang jelas dan mencerminkan krisis prioritas di lingkaran pemerintahan provinsi.
Dalam pernyataannya, Sayed menegaskan bahwa nama Kaharuddin Nasution memiliki nilai historis yang tidak bisa digantikan begitu saja.
“Nama Kaharuddin Nasution bukan sekadar nama. Ia adalah warisan sejarah, simbol penghargaan terhadap jasa, dan identitas bagi masyarakat Riau. Mengganti nama stadion adalah bentuk pelecehan terhadap nilai pengabdian,” ujar Sayed saat ditemui di Pekanbaru.
Kaharuddin Nasution dikenal sebagai sosok pemimpin yang berjasa besar dalam pembangunan Provinsi Riau di masa awal terbentuknya. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur dan dikenal luas atas pengabdiannya terhadap masyarakat dan daerah. Pemberian namanya pada stadion utama di Pekanbaru merupakan bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa tersebut.
Sayed menilai langkah Gubernur Abdul Wahid justru menunjukkan kemiskinan gagasan dan ketidaktegasan dalam menentukan arah kebijakan publik.
Pemimpin yang bekerja seharusnya fokus pada hal-hal mendasar: perbaikan ekonomi rakyat, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. Bukan mengganti nama tempat publik hanya untuk sekadar terlihat aktif, katanya.
Ia juga mengkritik tren di kalangan pejabat yang gemar mengganti nama jalan, sekolah, atau fasilitas umum sebagai upaya pencitraan. Menurutnya, langkah-langkah semacam itu sering kali tidak melibatkan dialog publik dan tidak memberi manfaat konkret bagi masyarakat.
“Rakyat tidak butuh perubahan nama, rakyat butuh perubahan nasib. Ini yang sering dilupakan oleh pemimpin-pemimpin kita. Jika ingin dikenang, maka berbuatlah, bukan dengan menghapus nama orang yang lebih dulu berjasa,” tegasnya.
Lebih lanjut, Sayed mengingatkan bahwa masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi nilai sejarah, penghormatan terhadap yang lebih tua, serta pentingnya menjaga warisan.
“Orang Melayu menghormati yang tua dan yang berjasa. Jangan sampai kita kehilangan akar karena mengejar daun-daun yang belum tentu tumbuh,” ujarnya.
Sayed mengajak seluruh elemen masyarakat Riau, termasuk tokoh adat, akademisi, tokoh pemuda, dan lembaga masyarakat sipil, untuk bersama-sama menjaga nama Kaharuddin Nasution tetap terpahat di stadion kebanggaan Riau.
“Ini bukan soal nama semata. Ini soal martabat. Mengganti nama stadion adalah mengganti sejarah. Dan sejarah tidak untuk dihapus, tapi untuk dihormati dan dijaga,” tutupnya. (Dairul)