DERAKPOST.COM – Mungkin tepat disebut kebal hukum. Sebab pabrik produksi rokok H&D dan OFO yang diduga ilegal tanpa pita cukai di Kota Batam ini semakin aman dan nyaman berproduksi serta tidak tersentuh hukum.
Seperti perusahan hal dikabarkan PT Adhi Mukti Perkasa berada Komplek Mega Jaya Industrial Park Blok D No.3A, Baloi Permai Batam Kota, Kota Batam yang diduga telah produksi rokok H&D dan OFO ini tanpa pita cukai. Selain itu diduga tidak kantongi izin yang sebagaimana aturan mestinya.
Dikutip dari cahayanewskepri.com. Hal ini terungkap ketika dari media ini melakukan investigasi di lokasi pabrik produksi rokok H&D dan OFO di Komplek Mega Jaya. Dan beberapa narasumber dan juga karyawan di lokasi mengakui bahwa pabrik tersebut memproduksi rokok H&D dan OFO.
“Benar itu, ada beberapa jenis rokok yang di produksi dalam rumah itu seperti rokok H&D dan OFO. Dan ini, sudah berlangsung cukup lama berjalan,” ungkapnya. Diterang dia, bahwa di lantai 1 rokok H&D. Di lantai 2 itu yang produksi rokok yang keluar kota Batam sebagaimana telah beredar.
Sebagian di atas itu juga, katanya, bagian karyawan packing. Kemudian setelah siap packing rokok itu telah langsung dijemput distributor dan setau itu ditaroh digudang tersebut, dan tidak tau dimana tempatnya. Memang rokok tersebut tak memakai pita cukai seperti yang terlihat saat ini.
Ironisnya, meski sudah beroperasi sekian tahun lamanya, tetapi hingga sampai saat sekarang, pabrik produksi rokok H&D dan OFO diduga tanpa pita cukai. Bahkan tidak kantongi izin itu, tak tersentuh hukum. Hal ini terkesan ada pembiarannya dari aparat penegak hukum di daerah setempat.
Sementara, Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia telah mengeluarkan larangan produksi rokok tanpa pita cukai yang di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone). Yaitu Batam, Bintan, Tanjungpinang dan bahkan Karimun. Kenyataan masih produksi.
Atas pelanggaran hukum diatas, media ini melakukan konfirmasi kepada manajemen pihak perusahaan PT. Adhi Mukti Perkasa ini melalui Humas Rosano. Namun hingga berita diterbitkan, belum kunjung berikan jawabanya, lebih memilih bungkam meski pesan media sudah dibaca olehnya. (Rul)