DERAKPOST.COM – Kementerian Kebudayaan RI bersama Karmilasari, Anggota Komisi X DPR RI Bidang Kebudayaan dan Pendidikan, menggelar Festival Seni Budaya Melayu Riau sebagai upaya pemajuan kebudayaan daerah.
Acara ini tidak hanya menjadi wadah kreativitas bagi seniman, penyair, dan budayawan, tetapi juga mengangkat kearifan lokal melalui pertunjukan seni yang mengesankan.
“Kita ingin memberi ruang kreatif bagi para pelaku seni sekaligus menggali warisan budaya untuk diangkat ke panggung, sehingga tidak menjadi beban, melainkan inspirasi karya seni yang bernilai tinggi,” ujar Kunni Masrohanti, penggagas acara Semarak Festival Seni Budaya Melayu Riau.
Festival ini menampilkan beragam kesenian dari berbagai daerah di Riau, seperti Pekanbaru, Dumai, dan Kampar, dengan iringan musik tradisi, orkes Melayu, hingga pop, namun tetap mengusung garis besar budaya Melayu.
Salah satu penampil khusus didatangkan langsung dari Jakarta, seorang seniman Riau yang konsisten mengangkat nilai-nilai kemelayuan dalam karyanya.
Budaya sebagai Identitas di Era Globalisasi
Gubernur Riau Abdul Wahid dalam sambutannya mengapresiasi dukungan Kementerian Kebudayaan dan Karmilasari dalam pengembangan budaya daerah. Ia menekankan bahwa budaya bukan sekadar pertunjukan, melainkan identitas dan pondasi kehidupan bangsa.
“Di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi, nilai-nilai budaya lokal semakin tersisih, terutama di kalangan generasi muda. Banyak anak-anak kita yang tidak lagi mengenal permainan tradisional, bahkan tidak memahami sejarah tanah kelahirannya,” ujarnya.
Dia mengutip pesan almarhum Datuk Tennas Efendi, tokoh budayawan Riau, bahwa orang yang kehilangan budaya adalah orang yang kehilangan arah. “Budaya bukan untuk disimpan, tapi dijalankan dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.
Gubernur Riau berkomitmen menjadikan budaya sebagai bagian dari kebijakan pembangunan. Salah satu rencananya adalah membangun Islamic Center yang terintegrasi dengan budaya Melayu, serta mengembangkan kawasan Kota Tua Pekanbaru sebagai destinasi wisata budaya dan sejarah.
“Kita akan menjadikan Pekanbaru sebagai waterfront city yang memadukan sejarah, budaya, dan kuliner, sehingga identitas Melayu tetap lestari,” ungkapnya.
Dia juga mendorong agar budaya Melayu masuk ke dalam industri kreatif, mengikuti jejak Bali yang menjadikan budaya sebagai tulang punggung ekonomi. “Kita tidak bisa selamanya bergantung pada sumber daya alam. Budaya adalah warisan abadi yang harus dikembangkan sebagai aset ekonomi,” lanjutnya.
Ajakan Kolaborasi untuk Pelestarian Budaya
Festival ini diharapkan tidak hanya menjadi acara seremonial, tetapi juga memicu gerakan berkelanjutan dalam pelestarian budaya.
Gubernur mengajak semua pihak—seniman, budayawan, akademisi, komunitas, dan media—untuk bergandeng tangan menjadikan Riau sebagai rumah besar budaya Melayu.
“Mari kita pastikan anak-anak kita tahu dari mana mereka berasal. Melalui festival ini, semoga tumbuh semangat baru dalam merawat warisan leluhur,” tutupnya.
Festival Seni Budaya Melayu Riau menjadi bukti komitmen bersama dalam menjaga identitas daerah di tengah tantangan zaman. Dengan kolaborasi dan inovasi, budaya Melayu diharapkan tetap hidup dan menginspirasi generasi mendatang. (Dairul)