Jangan Remehkan Kasus Stunting, JC: Ini Soal Masa Depan Generasi Penerus

 

DERAKPOST.COM – Tokoh muda Riau, Jhony Charles mengingatkan penting semua pihak ini untuk bersama-sama mencegah terjadinya kasus stunting pada balita.

Terlebih lagi ini, berkaitan erat dengan generasi penerus kehidupan bangsa. “Jangan juga sampai dianggap remeh. Apalagi ini berkaitan dengan anak-anak kita, generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Katanya, ditulis berbagai media, kasus stunting di Riau pada tahun 2022 yang tercatat mencapai angka 17 persen. Ini mengalami penurunan dibanding tahun 2021 di mana kasus stunting di Riau ini tercatat mencapai 22,3 persen.

Data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan, secara nasional, angka stunting di Tanah Air masih tergolong tinggi. pada tahun 2021 tercatat 24,4 persen. Pada tahun 2022, angka ini turun menjadi 21,6 persen.

Menurut pria yang akrab disapa JC ini, penurunan kasus itu patut disyukuri. Namun bukan berarti semua pihak bisa berleha-leha.

“Upaya untuk menekan kasus stunting harus terus ditingkatkan. Apalagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya medis, idealnya kasus stunting bisa ditekan lebih maksimal lagi,” tambahnya.

Pria yang juga menjabat Sekjen DPW Partai NasDem Riau ini, mengatakan, untuk diketahui, masih tingginya kasus stunting ini mendapat sorotan Presiden Jokowi

Karena itu, ia menginstruksikan supaya kasus stunting bisa terus ditekan yang hingga angka 17.persen pada tahun ini lalu juga menjadi 14 persen tahun 2024 mendatang.

Ia mengatakan, sebenarnya pemerintah pusat melalui berbagai instansi terkait memiliki program dan anggaran terkait hal ini. Tinggal bagaimana cara supaya program itu bisa dikoordinasi dengan baik, tidak berjalan sendiri-sendiri.

“Tidak hanya itu, idealnya ada juga koordinasi antara instansi di pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Sehingga gerakan penekanan angka stunting ini benar-benar dilaksanakan bisa dilaksanakan secara maksimal dan saling melengkapi,” katanya.

Menurutnya, kebersamaan menjadi hal yang sangat penting. Sebab, bila semua pihak terkait benar-benar merasakan bahwa upaya untuk menekan kasus stunting itu adalah kebutuhan bersama, maka kerja sama dan koordinasi akan mudah dilakukan.

“Tapi kalau berjalan sendiri-sendiri, hasilnya juga tidak akan maksimal. Karena masing-masing punya arah dan tujuan berbeda,” tekannya. Tak hanya itu, JC juga mengharapkan pemerintah benar-benar memperhati kesejahteraan petugas berhubungan langsung dengan masyarakat.

Sebelumnya, dari Koordinator Program Manager Satgas Stunting Perwakilan BKKBN Riau Fachrurozin mengatakan, Provinsi Riau optimis bisa menekan angka stunting hingga 2,5 persen pada tahun ini.

“Kalau kita ini bisa menurunkan angka stunting 2,5 persen, misalnya di tahun ini, itu akan menjadi bekal. Kita optimis untuk bisa turun sampai 14 persen tahun 2024,” terangnya, baru-baru ini.

Menurutnya, Riau sudah melakukan berbagai upaya salah satunya dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution.

Untuk diketahui, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Penyebabnya bisa seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yang berkali-kali. Lalu, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan masalah non kesehatan. **Rul

generasipenerusStunting
Comments (0)
Add Comment