DERAKPOST.COM – Keberagaman budaya di Provinsi Riau ternyata ini meninggalkan sejarah. Salah satunya yakni, bekas Istana Kerajaan Gunung Sahilan terletak di Dusun Koto Dalam, di Desa Sahilan Darussalam Kecamatan Gunung Sahilan, di Kabupaten Kampar. Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) melakukan kunjungan.
Hal itu, seperti rombongan Biro pendidikan DMDI Kota Pekanbaru ini datang dan serta melihat kondisi istana kerajaan yang sudah menjadi cagar budaya. Dimana rombongan dipimpin langsung Ketua Biro Bustami MM mengaku kagum ia, halnya Istana Kerajaan Gunung Sahilan yang semua dindingnya itu terbuat dari kayu.
Kunjungan itu, Biro Pendidikan DMDI Kota Pekanbaru yang disambut Dt Besar Reylus, Dt Marajo Andirowasi, Wazir istana Abdul Firmansyah Pisoko Oang Tua Dt Besar Ibnu Yuheni Delvi istri Dt Marajo Andi Rowasi dan Juru kunci istana Azirman.
Rombong ini dalam kunjungan itu, dibawa ketempat sejarah. Seperti halnya melihat peninggalan sejarah. Antara lain meriam, keris, stampel kerajaan, makam raja berdarah putih, makam bathin salopan, kamar putri, kolam tempat pemandian putri, dan sekolah SR peninggalan Belanda.
“Cagar budaya ini merupakan salah satu bukti keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Cagar budaya ini tentunya harus dilestarikan dan dipromosikan. Promosi dilakukan untuk memperlihatkan sejarah yang ada di Provinsi Riau kepada dunia,” kata Bustami.
Katanya, sebagai wilayah adat yang hingga saat ini masih ada perangkat adatnya, adat istiadatnya, tanah ulayatnya, serta hukum adatnya, dengan ditambah sebagai tempat bersejarah. Maka itu dipasti Istana Gunung Sahilan merupa objek wisata religi, budaya dan sejarah paling potensial.
“Jika kawasan istana ini dibangun dan juga ditata dengan baik, maka dipasti ekonomi masyarakat akan berputar kencang di sini. Misalnya ada kulinernya, ekrafnya, seninya, homestay, jasa guide dan masih banyak itu lainnya. Maka dipastikan SDM itupun bisa diberlakukan,” sambung Bustami.
Dalam bidang Pendidikan tentang Kerajaan Gunung Sahilan dapat mencakup:
1. Sejarah Kerajaan: Mengajarkan tentang asal-usul, perkembangan, dan peran Kerajaan Gunung Sahilan dalam sejarah lokal dan nasional.
2. Cagar Budaya:Mengenalkan peninggalan-peninggalan sejarah seperti bangunan, artefak, dan tradisi yang masih ada.
3. Nilai-nilai Budaya:Mengajarkan nilai-nilai budaya seperti gotong royong, menghormati leluhur, dan pelestarian lingkungan.
4. Metode Pembelajaran: Menggunakan metode pembelajaran yang interaktif seperti kunjungan ke situs cagar budaya, diskusi, dan proyek penelitian.
5. Manfaat:Meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap warisan budaya, serta mempromosikan pelestarian dan pengembangan budaya lokal.
Dalam Pendidikan seperti ini dapat membantu melestarikan warisan budaya Kerajaan Gunung Sahilan dan mempromosikan kesadaran budaya di kalangan generasi muda. (Rilis)