DERAKPOST.COM – Korea Utara (Korut) sudah meluncurkan 80 rudal selama 2-5 November 2022, atau tiga hari Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) menggelar latihan militer bersama.
Menurut laporannya media pemerintah Korut, KCNA, Pyongyang meluncurkan 80 rudal dan melibatkan 500 personel dalam latihan angkatan udara negara itu.
“[Manuver itu sebagai respons langsung] atas provokasi terbuka Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam latihan udara Badai Siaga,” demikian laporan itu pada Minggu (6/11/2022), seperti dikutip CNN.
Lebih lanjut, laporan itu menerangkan Korut meluncurkan rudal sebagai simulasi serangan yang menargetkan pangkalan udara musuh. Rudal itu juga diluncurkan untuk memusnahkan target udara di ketinggian dan jarak tertentu.
Meski begitu, tak ada informasi lebih lanjut terkait jenis peluru kendali yang digunakan dalam uji coba tersebut.
Laporan juga tak menyebutkan peluncuran rudal antarbenua (ICBM) yang dinilai gagal pada Kamis (3/11/2022) lalu.
Peluncuran rudal ini dilakukan usai Pyongyang geram lantaran AS dan Korsel menggelar latihan bersama dan memperpanjang latihan tersebut.
Dari puluhan peluru kendali yang diluncurkan, salah satunya adalah ICBM yang terbang hingga 760 kilometer dan mencapai puncak ketinggian sekitar 1.920 kilometer.
Namun, ICBM disebut gagal saat di tahap kedua peluncuran.
Profesor di Universitas Kajian Korea Utara yang juga eks Komandan Angkatan Laut Korea Selatan (Korsel) Kim Dong Yub menilai informasi yang minim terkait ICBM mempersulit ahli meninjau keberhasilan uji coba rudal Korut.
“Bagaimana jika Korea Utara melakukan tes untuk mendapatkan data tertentu yang ingin diverifikasi selama pengembangan rudal?” ujar Kim
“Eksperimen mungkin bertujuan untuk melihat pemisahan, atau mungkin untuk memeriksa jarak terbang rudal tergantung pada tujuan pengujian, (hasilnya) akan berbeda,” imbuhnya.
Sebelumnya, Korut mengklaim uji coba ICBM untuk memverifikasi keandalan pergerakan hulu ledak fungsional khusus yang melumpuhkan sistem komando operasi musuh. Namun, Kim menduga uji coba itu adalah untuk menguji potensi serangan EMP (Electromagnetic Pulse).
“Rudal EMP harus terbang sangat tinggi di atas tanah agar efektif,” kata Kim.
Serangan EMP di ketinggian tinggi akan menghasilkan ledakan energi elektromagnetik yang cukup kuat untuk menghancurkan jaringan elektronik, sirkuit, atau komunikasi.
“Jika rudal EMP diledakkan pada ketinggian 1.000 km atau lebih, itu bisa mengeluarkan kekuatan dari area tersebut dan bisa melumpuhkan (sistem komando),” ujar dia.
Meski begitu, para ahli lain tidak sependapat bahwa Korut sedang menguji potensi rudal EMP. Seorang analis di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea Selatan Shin Jong Woo mengatakan rudal EMP biasanya hanya ditembakkan di ketinggian ratusan kilometer, bukan ribuan.
Shin lalu menilai sejumlah peluncuran rudal Pyongyang bisa menandakan bahwa Korut berlomba untuk unjuk gigi.
“Dulu, ketika Korea Utara meluncurkan rudal tertentu, itu untuk pamer dengan menyajikan data tertentu, namun laporan hari ini tampaknya memiliki banyak konten fiktif,” ujar Shin.
“Tapi uji coba Hwasong-17 gagal, jadi sepertinya Korea Utara meluncurkan begitu banyak rudak karena berada dalam situasi putus asa dan sedang terburu-buru untuk membuktikan dirinya.” **Rul